SOROT BALI, DENPASAR – Dr. I Ketut Wirawan.SH. M.Hum menyampaikan, tujuan bersembahyang adalah untuk orang menjadi beradab dan bahagia jangan sampai dalam besembahyang terlalu banyak aturan sehingga orang tidak jadi sembahyang, seperti halnya dalam melakukan persembahyangan apa yang kita haturkan kepada sangyang widhi sesuai dengan kemampuan kita atau secara ikhlas dan tidak memaksakan diri besar atau kecil nilainya apa yang kita haturkan karena dalam Persembahyangan yang dimaksud adalah menyeimbangkan pikiran kita antara sepiritual maupun duniawi, sebab dalam hukum adat bali keseimbangan itu selalu ada kita boleh pintar belajar ilmiah dan sebagainya tetapi harus disertai dengan pikiran sepiritual,” Kata Ketut Wirawan saat ditemui para awak media. Kamis (31/8)
“ Menurutnya, Kalau kita belajar agama lebih dalam, agama hindhu itu adalah rasa sehingga orang yang ber agama hindhu itu adalah tergantung rasanya dia atau pribadi orang tersebut.
Sementara dalam pendidikan agama, bagaimana kita mengasah rasa ini sebab dalam kepercayaan adat istiadat orang dibali yang beragama hindhu hal itu merupakan satu kesatuan yakni ada wong, sato, mine, taru, dan uku, yang itu semuanya adalah ciptaan Tuhan, seperti halnya saat kita ngaturang segehan, itu bukan berarti kita menyembah setan namun kita menyembah tuhan karena ini semuanya adalah ciptaan tuhan.
“ Jadi kita sesama ciptaan tuhan , yang mempunyai fungsi kedudukan sendiri sendiri yakni dengan menghormati diantara sesama kita,” Ujar I Ketut Wirawan.
“ Ia menambahkan, agama hindhu tidak bisa dipaksakan dan tidak bisa dilakukan dengan doktrin seperti agama lain saat masih kecil mereka sudah di doktrin dan kalau kita dibali kita sendiri terlebih dahulu melakukan sesuatu yang baik untuk dicontoh dengan mengajarkan kepada anak anak itu secara perlahan untuk mengikuti hal yang baik.
Sebab dalam beragama itu yang utama adalah percaya dulu baru dibuktikan maka untuk menjadi yakin inilah kita tidak bisa paksakan karena keyakinan merupakan hak pribadi masing masing, “ Ucapnya.(*).